Rabu, 27 Februari 2013

MENGENANG PAUS BENEDIKTUS KE-XVI

Ansensius Guntur
Setelah Misa tanggal 4 November 2006
Komuni Pertama dari Paus Benediktus ke-XVI


Tanggal 11 Februari yang lalu Paus Benediktus ke-XVI telah membuat dunia “shock” dengan berita pengunduran dirinya dari Tahta Suci Santo Petrus. Pengunduran diri ini diumumkannya tepat di Hari Orang Sakit Sedunia. Dengan kebebasan penuh beliau mengundurkan diri karena alasan usianya yang sudah tua dan kesehatannya yang semakin hari semakin menurun. Dia merasa tak lagi mempunyai kekuatan yang cukup untuk mengembani tugas yang berat dalam melayani umat Allah.  
Berita macam begini tentunya tak mudah dipercaya. Hari itu aku sempat ke rumah konfraterku. Dengan muka suram konfraterku menyampaikan berita itu. Tentunya aku tak langsung percaya karena tak ada dalam bayangan saya kalau Paus Benediktus ke-XVI bisa mengambil keputusan seradikal itu. Benar apa yang dikatakan oleh Kardinal Angelo Sudano setelah Bapa Paus membacakan surat pengunduran dirinya, “Berita ini bagaikan kilat di langit yang tenang”.
Beliau pernah menulis dalam bukunya bahwa seorang Paus bisa mengundurkan dirinya kalau memang kesehatannya tak memungkinkannyaa lagi untuk mengembani segala tugas yang dilimpahkan ke pundaknya. Hukum Kanonik Gereja Katolik juga menganggap sah pengunduran diri seorang paus dari jabatannya kalau memang beliau mempunyai alasan yang kuat.
Dia bukanlah orang yang pertama yang mengundurkan diri. Ada beberapa paus yang juga telah mengundurkan diri dengan alasannya masing-masing. Paus Celestinus ke-V pada tanggal 13 Desember 1294 juga dengan kebebasan penuh mengundurkan diri dari tahta suci. Sebelum menjadi Paus, Celestinus adalah seorang rahib yang menghabiskan waktunya untuk berdoa. Percaturan kekuasan membuatnya terganggu. Karena itu, beliau memilih untuk kembali ke pertapaan dan menghabiskan waktunya untuk berdoa daripada ternoda oleh permainan kekuasaan yang begitu marak pada zamannya.
Tentunya tak ada tanda-tanda perebutan kekuasan yang membuat Benediktus mengundurkan diri. Alasan kesehatan yang semakin merosotlah yang mendorong beliau untuk melepaskan tahtanya. Dia merasa tiba saatnya untuk memberikan tahta suci pada orang lain yang notabene mempunyai kesehatan yang kuat untuk menanggung segala tanggung jawab kepausan. Walau berita itu tak mudah kucerna, dalam iman aku tahu Tuhan pasti akan memberikan seorang gembala baru bagi gereja.
Aku sempat bertanya, apakah yang akan kuingat dari Bapa Paus Benediktus ke-XVI? Sudah merupakan suatu kenyataan bahwa beliau telah melakukan banyak perbuatan baik untuk gereja. Dia telah membimbing gereja dengan setia. Dia juga telah menjadi bagian dari sejarah hidupku. Beberapa peristiwa penting bersamanya dan kata-katanya telah melekat erat dalam diriku. Dari banyak hal, beberapa peristiwa di bawah ini sempat meninggalkan kesan khusus untukku.
  
Perjumpaan Pertama tanggal 4 November 2006
Aku lahir di Goloworok, sebuah kampung kecil di sebelah barat pulau Flores, Indonesia. Lebih dari 90% penduduknya beragama katolik. Setiap hari minggu semua berbondong-bondong ke gereja untuk memuji dan memuliakan Tuhan. Bagi kami Bapa Paus adalah figur yang penting dalam gereja. Dia mempunyai tugas berat untuk menggembalakan umatnya di seluruh dunia. Yang jelas semua umat di Goloworok mau untuk melihat langsung seorang Paus. Belum satupun dari mereka yang melihatnya secara langsung.   
Karunia yang begitu besar!!! Mungkin kata-kata ini bisa melukis segala peristiwa yang ada dalam hidupku. Tepatnya tanggal 4 November 2006 aku sempat diminta untuk melayani Bapa Paus dalam perayaan Ekaristi di Vatikan. Aku dan Agustin baru saja 3 bulan di Italia. Dalam kalender liturgi gereja katolik, setiap tanggal 4 November gereja memperingati pesta Santo Karolus Borromeus. Pendiri kami Beato Yohanes Battista Scalabrini telah menjadikannya Santo Pelindung kongregasi kami. Betapa luar biasa! Aku berjumpa dengan Bapa Paus di hari yang penting bagi kongregasi kami.
Yang masih segar dalam ingatan saya yakni kewalahan kami untuk berkomunikasi dengannya. Maklum kami masih belum fasih berbahasa Italia dan juga kami terhanyut dalam kegembiraan yang luar biasa sampai-sampai kata-katapun sulit untuk diucapkan. “Sì, Papa”. Hanya itu saja yang dapat kuucapkan waktu aku berjabatan tangan dengannya. Diapun memberikan aku dan konfraterku yang lain sebuah rosario. Senyumnya saat itu menyejukkan hati. Meskipun tak berkata banyak, tatapan mata dan jabatan tangan sudah merupakan sesuatu yang luar biasa.

Karena Cinta untuk Gereja
Bapa Paus mengundurkan diri karena cintanya akan gereja. Dia menyadari bahwa zaman ini membutuhkan seorang paus yang mempunyai kesehatan yang kuat untuk menjalankan semua tanggung jawab kepausan. Dia tak akan meninggalkan gereja. Dia berjanji untuk tetap berdoa untuk gereja. “Di hari yang akan datang, aku akan tetap melayani dengan sepenuh hati, mendedikasikan hidupku untuk berdoa bagi Gereja Kudus Allah”, katanya saat mengakhiri pesan pengunduran dirinya tanggal 11 Februari lalu.
Sekali lagi ia menegaskan kalau pengunduran dirinya merupakan wujud cintanya yang paling besar untuk gereja pada saat udiensa terakhirnya hari ini tanggal 27 Februari 2013. Di hadapan ratusan ribu umat katolik yang datang dari seluruh dunia, dia berkata, “Dalam beberapa bulan terakhir, aku merasa kekuatan saya semakin menurun, dan aku selalu memohon kepada Allah dalam doa untuk menerangi saya dengan sinarnya supaya saya bisa mengambil keputusan yang benar, bukan untuk kebaikan saya sendiri, tetapi untuk kebaikan gereja. Aku mengambil langkah ini dengan ketenangan batin meskipun aku sadar ini merupakan sesuatu yang berat dan baru. Mencintai gereja berarti juga mempunyai keberanian untuk mengambil keputusan yang sulit dan sarat dengan penderitaan, menempatkan selalu terlebih dahulu kebaikan gereja, bukan kebaikannya sendiri.”
Pengunduran diri Bapa Paus adalah sebuah contoh kerendahan hati yang paling besar. Bayangkan saja! Beliau adalah seorang pemikir yang terkenal. Dia adalah seorang teolog yang paling dikagumi. Dia telah menulis banyak buku. Dalam segalanya itu, dia bukannya mencongkakkan diri. Di kala dia merasa tak mampu lagi, dia dengan ketenangan hati menyerahkan tanggung jawab gereja pada yang lain dan mempercayakan gerejanya pada pimpinan Tuhan Yesus Kristus. Benediktus ke-XVI adalah seorang Kristen yang sejati karena selalu menempatkan kebaikan gereja Kristus terlebih dahulu sebelum kebaikannya sendiri. Dia betul-betul seperti Kristus yang telah rela menjadi manusia untuk menyelamatkan umat manusia.

Kepedulian untuk para migran
Sebagai seorang Scalabrinian, merupakan kebahagiaan yang besar bagi saya setiap kali mendengar Sri Paus berbicara seputar para migran. Paus ini mempunyai cinta dan perhatian yang besar untuk para migran. Dalam anjelus Minggu 13 Januari tahun ini, dalam memperingati hari Para Migran dan Pengungsi sedunia, beliau membandingkan fenomena migrasi dengan sebuah “ziarah iman dan harapan”. Dalam pesannya dia berkata, “Siapa saja yang meninggalkan tanah kelahirannya, itu tidak hanya karena ia mengharapkan masa depan yang lebih baik, tetapi juga melakukannya karena ia percaya pada Tuhan yang menuntun setiap langkah manusia, seperti yang terjadi pada Abraham. Beginilah peran para migran sebagai pembawa iman dan harapan di dunia.”
Ada sekitar 200 juta para migran di dunia. Mereka meninggalkan tanah air mereka untuk melarikan diri dari perang, penindasan dan kemiskinan, bencana alam atau bahkan hanya untuk mengejar harapan akan kehidupan yang lebih baik. Sri Paus sangat mengerti dengan kenyataan ini dan telah menghimbau semua umat Katolik untuk menghormati hak-hak dan martabat para migran. Umat Katolik harus menerima dan menunjukkan solidaritas kepada semua para migran. Menurut dia solidaritas adalah salah satu nilai dasar Kristen karena kalau mereka menerima para migran dan pengungsi berarti mereka menerima Yesus yang dulunya juga pernah menjadi pengungsi di Mesir.
Dalam pesan terakhirnya untuk para migran bulan Oktober lalu, beliau menghimbau semua pemerintah untuk menjaga hak dan kebaikan para migran. “Setiap negara punya hak untuk mengatur arus migrasi dan menerapkan sebuah politik migrasi yang sesuai dengan kebutuhan dan kebaikan bersama. Ini mestinya harus disertai rasa hormat untuk martabat setiap manusia. Hak untuk manusia untuk beremigrasi sudah tertulis dalam Hak Asasi Manusia, dengan kemampuannya masing-masing untuk menetap di tempat di mana dia percaya memberikan ruang yang besar baginya untuk mewujudkan semua kapasitas dan aspirasi dan segala rencananya”, kata Sri Paus Benediktus ke-XVI.

Kepeduliannya untuk para migran telah memberikan peneguhan bagiku sebagai seorang calon imam scalabrinian yang bercita-cita untuk mendedikasikan diri saya dalam melayani para migran di seluruh dunia.

Terima kasih Bapa Paus Benediktus ke-XVI. Engkau telah memberikan kami contoh yang baik bagaimana sebenarnya hidup seorang Kristen. Semoga kami juga mempunyai cinta yang berkobar-kobar untuk gereja dan tetap setiap pada misi kami untuk membuka hati bagi semua para migran yang mengetuk pintu hati kami. 

Foto bersama Bapa Paus Benediktus ke-XVI saat kongress internasional untuk para pelaut  (nov. 2012)

Udiensa Terakhir Paus Benediktus ke-XVI (27 Februari 2013)

1 komentar:

  1. Bruder Yance yg terkasih,
    Sy berterimakasih atas buat blogspoit ini! Sy suka sekali.
    Selamat dan profisiat bruder atas tabisan Imamatmu! Dari komunitas di Cebu Filipina.
    P. Nacho,CS

    BalasHapus

Arsip Blog


Estimated number of international migrants worldwide

Percentage of the world's population who are migrants

Migrants would constitute the fifth most populous country in the world

Percentage of migrants worldwide who are women

Estimated remittances sent by migrants in 2009

Estimated remittances sent by migrants to developing countries in 2009

Internally displaced persons in the world in 2009

Estimated number of refugees in the world today

COME AND SEE

MENJADI MIGRAN DI ANTARA PARA MIGRAN - TO BE A MIGRAN AMONG THE MIGRANTS - DIVENTA MIGRANTE TRA I MIGRANTI

Bagi Para pembaca yang mau masuk Kongregasi Scalabrinian, dipersilakan untuk menghubungi kami di:
Misionaris Scalabrinian, Biara St. Karolus
Jalan Ulumbu, Kampung Maumere
86508 Ruteng, Flores NTT
Indonesia
Tel/Fax: (62) 385-21450


Misionaris Scalabrinian
Biara St. Karolus Borromeus
Jalan Kolombeke No.1
Kelurahan Nangalimang
Maumere, Flores NTT
Indonesia
HP: 081.339.463.524


For those who want to join the Scalabrinian Missionaries, please contact us:
41, 7th St., New Manila- 1112
Quezon City
Philippines
Tel: (02) 722 2651

Per chi vuole diventare Missionario Scalabriniano, contattaci a:
Via Casilina 634,
Roma
Italia
Tel: 062411405