Senin, 12 Maret 2012

GAMBARAN SINGKAT SEPUTAR KARYA PASTORAL UNTUK PARA PELAUT


(Yance Guntur) 



Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan murid-murid-Nyapun mengikuti-Nya. Sekonyang-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur. Maka datanglah murid-murid-Nya membangungkan Dia, katanya: “Tuhan, tolonglah, kita binasa.“ Ia berkata kepada mereka “Mengapa kamu takut, kamu kurang percaya?“ Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali. Dan heranlah orang-orang itu, katanya: “Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?“ (Mat 8, 23-27)

Gereja selalu memperhatikan kebutuhan rohani bagi para pelaut. Kisah Yesus yang menghentikan angin kencang telah menjadi ikon yang tepat untuk menggambarkan bagaimana gereja, mengikuti jejak Kristus, berusaha untuk memperhatikan kesejahteraan para pelaut terlebih khusus dalam kebutuhan rohani.

Gereja Peduli

Gereja dalam sejarahnya selalu mencari solusi yang baik untuk memberikan pelayanan pastoral bagi para pelaut. Tahun 1997 Bapa Paus Yohanes Paulus ke-II mengeluarkan sebuah surat apostolik Stella Maris untuk para pelaut dan semua yang berkarya untuk mereka. Dalam surat apostolik ini, Bapa Paus memberikan indikasi-indikasi penting dalam pelayanan bagi para pelaut.
Perlu diketahui bahwa dalam gereja katolik ada Dewan Kepausan untuk Pelayanan Pastoral bagi para migran dan orang itineran (di sini termasuk pelaut, pengungsi). Dewan ini bekerja untuk mengkoordinir pelayanan kristen katolik untuk semua orang yang punya alasannya tersendiri berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Di tingkat nasional, biasanya dalam konferensi wali gereja ada komisi khusus untuk para migran dan orang-orang itineran. Komisi inilah yang mengatur karya pastoral untuk para pelaut. Biasanya di kepalai oleh seorang uskup. Dalam surat apostolik bapa paus, Stella Maris, tertera sebuah himbauan untuk menunjuk juga seorang direktur nasional (seorang pastor) yang bisa mengkoordinir karya pelayananan pastoral untuk para pelaut. Satu dari beberapa peranan direktur nasional untuk kerasulan maritim yakni menjalin hubungan dengan direktur kerasulan maritim dari negara tetangga. Mereka-mereka inilah yang seharusnya mengatur wilayah-wilayah mana saja yang harus dicakup oleh setiap negara.
Saat ini, gereja katolik bersyukur sekali karena ada beberapa pastor yang bersedia untuk berlabuh di kapal untuk memberikan pelayanan rohani bagi para pelaut yang kerapkali harus berlabuh sampai 8 bulan. Yang jelas gereja masih membutuhkan banyak pastor yang rela berlabuh untuk menghibur dan memberikan peneguhan rohani bagi para pelaut. Sekarang ini memang ada pastor yang bekerja di kapal (khususnya kapal pesiar) yang awak kapalnya kurang lebih 1500 ditambah dengan penumpang yang bisa mencapai 5000 orang. Pastor-pastor ini dikoordinir oleh direktur nasional untuk pelayanan pastoral bagi para pelaut (direktur nasional di pelabuhan tempat pemberangkatan).
Biasanya di pelabuhan internasional, ada beberapa pusat pelayanan untuk para pelaut yang lazim disebut “Stella Maris Center”. Di sini biasanya ada seorang pastor yang berperan sebagai “Chaplain” (kapelano). Chaplain dalam hukum kanonik katolik itu termasuk semua pastor yang pelayanan pastoralnya untuk kebutuhan khusus seperti di Rumah Sakit, penjara dan juga untuk para migran dan pelaut. Biasanya pastor yang bekerja di stella maris center menjalin hubungan erat dengan keuskupan setempat karena pada dasarnya tak ada seorang pastor pun yang bekerja untuk dirinya sendiri. Dia adalah pelayan gereja. Di antara para Chaplain-Chaplain Stella Maris di dunia  mereka menjalin hubungan erat. Dalam satu region (wilayah geografis tertentu) misalnya untuk wilayah Asia Tenggara dan sekitarnya, ada seorang pastor yang menjadi koordinator. Kalau ada yang mau buat misa, pertama-tama coba cari kalau ada Stella Maris terdekat. Pasti nanti mereka mengatur segala pelayanan liturgi yang dibutuhkan.
Bagaimana kalau ga ada Stella Maris Center? Kepada siapa kita harus meminta pastor? Memang benar tidak semua pelabuhan ada Stella Maris Centernya, untuk itu kontak saja paroki yang terdekat karena sebagaimanapun gereja telah menghimbau kita semua untuk memberikan perhatian khusus bagi para pelaut. Memang benar gereja katolik menginginkan seorang pastor yang bekerja khusus untuk pastoral maritim tapi kalau saja ada kebutuhan yang mendadak, kontak saja pastor yang terdekat. 

Menanti Para Gembala yang bisa Bekerja Untuk Para Pelaut

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulaunya lebih dari 13 ribu. Kehidupan laut tidak menjadi suatu hal yang asing lagi bagi orang Indonesia. Untuk pergi dari satu pulau ke pulau yang lainnya, orang Indonesia banyak yang menggunakan kapal laut. Profesi sebagai seorang awak kapal bukan sesuatu yang asing di telinga orang Indonesia. Banyak orang Indonesia yang menjadi pelaut. Mereka tidak hanya bekerja di negara Indonesia tapi juga di luar negeri. Siapa yang mempunyai hati yang baik untuk melayani mereka?
Satu Ordo religius Misionaris Santo Karolus – Scalabrinians masuk di Indonesia 2002. Kongregasi ini mempunyai karisma khusus untuk para migran, pengungsi dan pelaut. Sekarang ada beberapa orang Indonesia yang masuk ordo Scalabrinians dan mereka menyiapkan diri untuk melayani Tuhan dalam pribadi para migrant, pengungsi. Semoga mereka ini kelak bisa menjadi para gembala untuk para pelaut yang barbula-bulan mengarungi lautan untuk mendapatkan hidup yang lebih baik.

Sekilas kisah di Pelabuhan Roma (Civitavecchia)

Untuk mengakhiri tulisan ini, aku ingin membagi sedikit pengalaman bersama para pelaut di Pelabuhan Roma di kota kecil Civitavecchia. Sudah lebih dari lima bulan bersama temanku dari Haiti Pierre Onel Feliatus kami mengadakan karya kerasulan untuk para pelaut yang datang dari berbagai negara di dunia. Di Pelabuhan Roma (Civitavecchia), ada banyak kapal yang singgah di pelabuhan ini; ada kapal pesiar, kapal barang, dll. Kebanyakan awak kapal yang ada di pelabuhan ini berasal dari Filipina. Banyak juga awak kapal yang berasal dari Indonesia. Mereka banyak yang bekerja di kapal pesiar.
Awak-awak kapal pesiar mempunyai keistimewahan tertentu. Mereka bisa keluar dari kapal dan berjalan-jalan di kota Civitavecchia atau sekitarnya. Ada banyak dari mereka yang singgah di kantor kami. Di kantor kami Stella Maris Civitavecchia, kami memberikan berbagai jenis pelayanan. Kalau para crew ingin untuk berkomunikasi dengan keluarga dan teman-teman mereka, kami menyediakan kartu telpon dan internet. Stella Maris Civitavecchia mempunyai para sukarelawan yang bisa memberikan counselling dan bimbingan rohani bagi para pelaut yang membutuhkannya. Tak hanya kebutuhan rohani, bagi para pelaut yang bermasalah di kapal, baik itu menyangkut kontrak kerja atau masalah penindasan, kami berusaha sebisa kami untuk mencari jalan keluar yang baik. Kami ingin supaya tempat kami di pelabuhan ini menjadi home far from home.
Tidak semua awak kapal bisa turun dari kapal. Karena singkatnya waktu persinggahan dan aturan hukum yang makin ketat sebagai dampak negatif dari terorisme, banyak awak kapal yang tak diijinkan turun dari kapal. Untuk itulah, kami berusaha mengunjungi mereka di kapal. Kami membawa kartu telpon, modem internet dan juga HP agar mereka bisa kontak keluarga di negara mereka masing-masing. Kerapkali mereka meminta kami juga untuk membeli kebutuhan mereka di tokoh-tokoh terdekat. Ada beberapa kapal yang terpaksa harus menunggu sampai lebih dari satu minggu tiga kilometer dari pelabuhan karena trafik yang ada di pelabuhan. Mereka ini terisolasi dan kunjungan kami memberikan penghiburan tersendiri bagi mereka.
Kunjungan di kapal kadang-kadang hanya berakhir 5 menit tapi kegembiraannya luar biasa, bukan saja untuk para pelaut, tetapi juga untuk kami yang mengunjungi mereka. Mereka datang dari berbagai negara dan kadang-kadang kami tak mengerti bahasa mereka. Dengan bahasa isyarat kami berkomunikasi dengan mereka. Senyuman bisa menjadi senjata yang ampuh untuk mengukir segala kegembiraan kami. Bagi saya secara pribadi, bertemu dengan orang Indonesia dan orang Filipina memberikan kebahagiaan yang lebih karena aku tahu bahasa dan budayanya. Dengan mereka, mudah bagi kami untuk berkomunikasi.

Arsip Blog


Estimated number of international migrants worldwide

Percentage of the world's population who are migrants

Migrants would constitute the fifth most populous country in the world

Percentage of migrants worldwide who are women

Estimated remittances sent by migrants in 2009

Estimated remittances sent by migrants to developing countries in 2009

Internally displaced persons in the world in 2009

Estimated number of refugees in the world today

COME AND SEE

MENJADI MIGRAN DI ANTARA PARA MIGRAN - TO BE A MIGRAN AMONG THE MIGRANTS - DIVENTA MIGRANTE TRA I MIGRANTI

Bagi Para pembaca yang mau masuk Kongregasi Scalabrinian, dipersilakan untuk menghubungi kami di:
Misionaris Scalabrinian, Biara St. Karolus
Jalan Ulumbu, Kampung Maumere
86508 Ruteng, Flores NTT
Indonesia
Tel/Fax: (62) 385-21450


Misionaris Scalabrinian
Biara St. Karolus Borromeus
Jalan Kolombeke No.1
Kelurahan Nangalimang
Maumere, Flores NTT
Indonesia
HP: 081.339.463.524


For those who want to join the Scalabrinian Missionaries, please contact us:
41, 7th St., New Manila- 1112
Quezon City
Philippines
Tel: (02) 722 2651

Per chi vuole diventare Missionario Scalabriniano, contattaci a:
Via Casilina 634,
Roma
Italia
Tel: 062411405